Berkenaan dengan amal ibadah umat muslim sehari-hari, terdapat satu hadits yang nyaris terlupakan. Hadits Rasulullah saw tersebut sebenarnya sudah sangat umum dan familier.
Hadits tersebut berbunyi:
إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلا مِنْ ثَلاثٍ : صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Artinya: “Ketika seseorang telah meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga (perkara) : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak salih yang berdoa baginya.”
Hal itu disampaikan Ketua PC GP Ansor Trenggalek, Gus Zaki, saat memberikan tausiyah dalam acara Lailatul Khitam atau Malam Penutupan Safari Ramadhan Kecamatan Watulimo di Masjid Baiturrahman, Dusun Padas, Desa Gemaharjo, pada Senin (10/5/2021).
“Pada waktu penutupan pengajian di Pondok Al-Falah Ploso Kediri, KH. Nurul Huda Jazuli waktu itu dhawuh, hadits itu sebenarnya sudah umum tapi penting untuk terus disampaikan, sebagai pengingat,” ungkap Gus Zaki.
Tiga amal tersebut, lanjut Gus Zaki, adalah sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak salih yang mendoakan orang tuanya.
Pertama, sedekah jariyah. Sedekah jariyah misalnya dengan bersedekah untuk masjid, mushala, madrasah, atau gedung NU. Bisa juga dengan wakaf untuk lokasi masjid atau mushala, jalan, dan sebagainya.
Selama fasilitas tersebut dimanfaatkan, selama itu pula orang yang telah bersedekah tersebut memperoleh pahala yang terus-menerus, bahkan hingga setelah ia mati, ila yaumil qiyamah.
Sedekah jariyah tidak harus berupa materi. Sedekah jariyah, terutama bagi yang tidak mampu dalam hal materi, juga bisa dengan tenaga. Misalnya kerja bakti dalam membangun masjid, mushala, atau fasilitas umum lainnya.
“Bahkan Panjenengan ibu-ibu yang memberikan kolak ketika kerja bakti ketika merenovasi masjid, itu juga sedekah jariyah,” lanjut Gus Zaki.
Kedua, ilman nafia (ilmu yang bermanfaat). Contohnya dengan mengajari anak membaca surat al-Fatihah, mengajari anak shalat, dan lainnya. Maka setiap anak tersebut shalat, bahkan hingga sampai dewasa, pahalanya juga mengalir kepada orang yang dulu mengajarinya.
Apabila tidak mampu untuk itu, setidaknya merasa senang kepada orang-orang yang diberi amanah untuk mengajari anak-anaknya, seperti para kiai, guru, atau ustadz. Lebih-lebih ikut membantu mereka.
“Berapa Panjenengan membayar ustadz-ustadz yang mengajari anak-anak Panjenengan? Tidak ada bandingannya dibandingkan dengan manfaat ilmu yang mereka berikan,” imbuhnya.
Maka, sedekah jariyah juga bisa diwujudkan dengan membantu orang-orang yang berjuang fi sabilillah. Misalnya membantu para kiai atau ulama, para pengurus Nahdlatul Ulama yang mengurus umat, dan sebagainya.
Ketiga, anak salih yang mendoakan orang tua.
Ini merupakan aset yang paling utama dari ketiga jenis sedekah jariyah yang lain. Sebab, anak salih merupakan amal jariyah yang tak pernah putus. Syaratnya, orang tua harus mendidik anaknya agar menjadi anak salih yang berbakti kepada kedua orang tua. Apabila tidak bisa mendidik sendiri, bisa mengirimkan anak ke Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA), madrasah, dan pondok pesantren.
“Kalau anak tidak mau ngaji ke madrasah dan didiamkan, itu salah. Bagaimanapun, anak harus bisa ngaji sing bener, ngerti najis, wudune bener, lan salate bener,” terang Gus Zaki.
Dengan begitu, lanjut Gus Zaki, ketika kelak kita mati, anak bukan hanya membawakan kembang sekaran, melainkan juga membacakan yasin dan al-Qur’an untuk dikirimkan sebagai tambahan pahala bagi kita.
“Dan yang tidak kalah penting lagi, didik anak-anak kita untuk sering-sering ziarah kubur, baik makam leluhur maupun makam para auliya’,” pungkas Gus Zaki dilanjutkan dengan menutup safari secara resmi.
Baca juga:
Mengangkat Gema Langgar yang Terpinggirkan
Lafal Niat Zakat Fitrah Lengkap (Bahasa Arab dan Latin)
Safari Ramadhan MWC NU Watulimo
Acara malam penutupan Safari Ramadhan Kecamatan Watulimo tersebut dihadiri oleh Rois Syuriah dan Ketua Tanfidziyah MWC NU Watulimo. Hadir juga Ketua Ranting NU Gemaharjo, Kepala Desa beserta BKTM dan Babinsa.
Safari Ramadhan Kecamatan Watulimo merupakan kegiatan yang diinisiasi oleh PAC GP Ansor Watulimo. Safari ini melibatkan Forkopimcam mulai Camat, Kapolsek, Danramil, dan KUA.
Safari juga melibatkan MWC NU Watulimo beserta Banom, seperti IPNU, IPPNU, JQHNU, dan lainnya.
“Safari terakhir sekaligus penutupan ini merupakan yang kelima belas. Biasanya Camat dan jajaran Forkopimcam hadir, namun di acara penutupan ini beliau terpaksa tidak hadir karena ada acara rapat dan belum selesai,” ungkap Ketua PAC GP Ansor Watulimo, Sahabat Murdiyanto.
Murdiyanto juga menjelaskan, tiap Safari, dari jajaran Polsek menerjunkan personil lokal. Karena kegiatan ini dilaksanakan dengan mematuhi protokol kesehatan secara ketat mengingat pandemi Covid-19. (*)
(Androw Dzulfikar)