
Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Trenggalek, Agus Yusuful Hamdani, memberikan pesan dalam Konferensi Cabang GP Ansor Trenggalek. Gus Yusuf, sapaan akrabnya, berharap bahwa di mana ada kegiatan NU di semua tingkatan, kader GP Ansor dan Banser harus ada untuk menyukseskan kegiatan tersebut.
“Kita berharap Ansor-Banser juga sesuai prinsip-prinsip yang telah ditanamkan yang telah dicanangkan para pendiri, bahwa Ansor-Banser menjadi ujung tombak dan menjadi penjaga NU,” ungkap Gus Yusuf dalam sambutannya di Konfercab GP Ansor, Sabtu (14/1/2023).
Gus Yusuf melihat di visi-misi GP Ansor ada kata penjaga, maka malam ini beliau mengapresiasi tema Konfercab yang diambil adalah salah satunya menjaga kelestarian alam. Beliau menyitir sambutan Ketua GP Ansor sebelumnya yang menyampaikan bahwa tidak boleh sejengkal tanah pun terambil oleh makhluk yang tidak berhak
Hal ini, menurut Gus Yusuf, sudah sejalan dengan visi misi Gerakan Pemuda Ansor.
“Penjaga bukan hanya sekedar merawat. Kalau NU di situ ada merawat, memang sudah seharusnya kalau Ansor selalu hadir di ruang-ruang yang di situ harus kita jaga,” terang beliau.
Gus yang pernah diamanahi sebaai Direktur NU Care LAZISNU Trenggalek ini mengingatkan ketika Ansor-Banser bergerak menjaga. Beliau berpesan jangan kemudian menuntut NU untuk menjaga. Sebab, NU sudah berada di ranah melestarikan dan di ranah merawat.
Tidak hanya itu, satu hal yang harus dipahami adalah NU tidak pernah memiliki sejarah keberpihakan. Karena NU adalah rahmah, serta NU selalu hadir di mana-mana. Termasuk NU harus bisa mengayomi siapapun.
“Terkait isu-isu lingkungan dan sosial, tentu NU jangan dibawa turun ke bawah. Sehingga NU harus berpihak dan jangan kemudian diamnya NU dianggap berpihak. Bayangkan kalau NU sebesar ini harus memposisikan diri di dalam posisi pihak, maka saya kira tidak ada lawan yang bisa untuk menumbangkan,” terangnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Hidayatullah Pule ini menambahkan, untuk tidak salah paham. Ketika persoalan di lapangan menghadapkan keberpihakan pro dan kontra, maka itu bukan tugasnya NU. Tapi NU masih memiliki banyak anak, maka anak-anak NU yang harus paham harus bersikap.
“Termasuk biasanya yang gampang polah itu ‘anak lanang’. Iya di dalam keluarga itu yang namanya anak lanang, apalagi mbarep. Itu tatanannya rodok angel (sedikit sulit),” ulas Gus Yusuf disambut riuh hadirin.
Beliau kemudian mengingatkan pada satu peninggalan peradaban Gus Dur saat menjadi Ketua Umum PBNU. Presiden keempat Republik Indonesia ini mampu menunjukkan kebesaran NU dalam sejarah panjang dengan gaya kepemimpinan yang karismatik dan nyentrik. Banyak yang menolak diawal-awal karena ketidaktahuan manuver politik yang diambil Gus Dur.
“Gus Dur mampu membawa dan menyuguhkan NU benar-benar organisasi yang menjadi solusi bersama dan menjadi rahmat,” pungkas beliau.
Pewarta: Madchan Jazuli
Editor: Androw Dzulfikar