
Kasus meninggalnya santri Pondok Gontor yang diduga akibat penganiayaan sempat menimbulkan kekhawatiran bagi kalangan orang tua untuk memasukkan anaknya ke pesantren. Terlebih bagi mereka yang sebelumnya belum pernah mengenal dunia pesantren.
Kekhawatiran semacam itu manusiawi. Sebab bagaimana pun juga, anak tidak berada dalam pengasuhan langsung oleh orang tua, tetapi diserahkan oleh lembaga pesantren.
Meski demikian, yang perlu digarisbawahi adalah dugaan penganiayaan hingga mengakibatkan santri meninggal yang terjadi di Gontor bersifat insidental. Sehingga sama sekali tidak bisa digeneralisasi.
Hal itu disampaikan oleh Ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) NU Trenggalek, Kiai Muhammad Akifun Nuha. Bahkan dikatakan Gus Akif, sapaannya, kasus Gontor tidak berpengaruh terhadap status pondok pesantren sebagai tempat pendidikan terbaik bagi anak.
“Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Pondok pesantren tetap merupakan tempat pendidikan terbaik untuk anak-anak kita, utamanya dalam agama dan pembentukan akhlakul karimah,” tegas Gus Akif melalui sambungan Whatsapp, Ahad (11/9/2022).
- Baca juga: Lindungi Warga Pesantren, RMI Trenggalek Bareng BPJS Sosialisasikan Asuransi Ketenagakerjaan
Pengasuh PP Darul Falah Parakan ini mencontohkan bagaimana pesantren tetap menjadi tempat pendidikan terbaik bagi anak. Pada waktu pandemi kemarin, ketika semua lembaga pendidikan tidak mampu mengondisikan anak didiknya sebagai efek diliburkannya kegiatan belajar mengajar. Sehingga anak cenderung terus-terusan bermain gawai, hampir tidak ada kegiatan positif dan malah rawan terpengaruh pergaulan bebas. Maka pesantren tetap hadir untuk mendidik santri dan membentenginya dari dampak-dampak tersebut.
Yang perlu diperhatikan, menurut Gus Akif, adalah bagaimana memilihkan pesantren yang tepat bagi anaknya. Hal ini tidak hanya menyangkut jaminan pengasuhan anak tetapi juga jaminan keilmuannya.
Di antara kriteria tersebut adalah kiai atau pengasuh pesantren dan sanad keilmuannya jelas. Begitu juga dengan akidahnya.
“Dan kalau bisa yang masih mempertahankan kesalafannya, sehingga tidak begitu terpengaruh dengan dunia luar, khususnya medsos,” kata alumni Pondok Al Falah Ploso ini.
Ditanya apakah RMI menyiapkan langkah-langkah khusus menyikapi kasus Gontor, Gus Akif mengungkapkan bahwa dalam waktu dekat ini RMI NU Trenggalek akan melaksanakan rutinan halaqah pengasuh pesantren. Tentu kasus tersebut akan menjadi salah satu topik penting yang dijadikan pembahasan.
“Halaqah pengasuh pesantren salah satu tujuannya untuk sharing, penyetaraan standar pendidikan pesantren, dan lain-lain, termasuk menanggulangi beberapa insiden yang kebetulan kurang sesuai dengan norma pesantren,” imbuh Gus Akif.
Gus Akif menandaskan sekali lagi bahwa pesantren tetap merupakan tempat pendidikan terbaik untuk anak. Menurutnya, selain faktor sanad keilmuan yang jelas (bersambung hingga Rasulullah saw), di antara kelebihan pesantren yang tidak dijumpai di lembaga pendidikan umum adalah kiai santri yang mondok di pesantren ditirakati oleh kiai atau pengasuhnya.
“Di pondok, kiainya jelas sanad ilmunya. Dan insyaallah masih ditirakati oleh kiainya, sehingga santri punya mental yang terkendali,” pungkasnya.
(Androw Dzulfikar)