Munjungan – Tradisi ziarah kubur di makam sebelum bulan Ramadan sudah berlangsung secara turun-temurun di pelosok-pelosok desa. Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Munjungan, Kabupaten Trenggalek, mengemas tradisi tersebut dengan ‘Nyekar Agung’ atau Ziarah Bersama dan Megengan (Sedekah) secara serentak.
Ketua MWCNU Munjungan, KH. Abdul Latif, menuturkan, ziarah kubur bareng ini dilaksanakan guna mengirim doa kepada ahli kubur para kerabat, sesepuh, dan tokoh yang membuka desa. Selain itu juga bertujuan untuk menggali nilai-nilai positif agar tersampaikan kepada masyarakat.
“Kita ingin agar ada nilai yang lain. Ada nilai ukhuwah disitu, kemudian ada nilai pembelajaran dan nilai ghirah,” kata KH. Abdul Latif, Ahad (11/04/2021).
Ziarah kubur serentak tersebut berangkat dari anjuran Pimpinan Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur. MWCNU Munjungan kemudian melaksanakannya melalui kesepakatan bersama, guna memperkuat syiar Islam kepada umat.
“Kita wujudkan anjuran itu PWNU kemudian biar serentak bersama dan nampak ada nilai syiarnya, kita adakan sepakat bersama-sama,” ujarnya.
Gus Latif, sapaan akrabnya, juga mengungkapkan bahwa ziarah kubur bersama bisa menjadi sarana dakwah, seperti bentuk amalan apa yang dibaca, sampai fadilah ziarah kubur. Kemudian dilanjutkan dengan sedekah bersama berupa makanan yang dibawa dari rumah masing-masing.
“Megengan tetap dilaksanakan di masjid dan musala masing-masing dengan disertai membawa ambeng (kenduri, red). Di makam tidak membawa sedekahan. Sedekahan diserahkan masing-masing lingkungan,” imbuhnya.
Masih menurut Gus Latif, sebenarnya ziarah kubur bareng ini sederhana karena memang sudah menjadi kebiasaan warga NU, hanya saja dikemas dalam bentuk yang berbeda..
“Saya melihat, banyak warga yang pergi ke kuburan itu hanya bersih-bersih lalu pulang. Hingga saya, kesepakatan bersama teman-teman, bagaimana kalau diadakan ziarah kubur ini bersama dan serentak. Memang ini ajaran, sunnah rasul dan ajaran NU” ungkapnya.
Gus Latif membeberkan bahwa MWCNU Munjungan memiliki 24 Ranting, dengan estimasi 100 orang tiap Ranting. Jika dikalikan, dalam sehari melibatkan 2.400 orang. Angkat tersebut merupakan 10 persen dari jumlah penduduk Kecamatan Munjungan.
“Meski hanya 10 persen, setidaknya bisa mewarnai terhadap para jamaah, baik yang awam maupun secara keseluruhan,” terangnya.
Ziarah kubur serentak ini merupakan yang pertama kalinya. Terlihat kompak dan guyub rukun menjelang bulan suci Ramadan, yang membuat suasana berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Namun mengingat musim pandemi, agenda tersebut dilaksanakan dengan memenuhi protokol kesehatan.
“Bagaimanapun juga mencari kemaslahatan menjadi yang diutamakan. Tidak mengejar kebaikan namun malah mudhorot yang didapatkan. Karena itu harus kita sikapi dengan kearifan lokal,” pungkas kiai pengasuh PP. Nurul Ulum Munjungan tersebut.
(Madkhan Djazuli/Androw Dzulfikar)