Pada tanggal 8 dan 9 bulan Dzulhijah, umat muslim dimotivasi dan dianjurkan untuk melakukan puasa sunah yang disebut Puasa Tarwiyah dan Puasa Arafah. Hal ini karena banyak fadilah atau keutamaan dan keagungan pada kedua hari tersebut.
Puasa Tarwiyah (صَوْم يَوْم التَّرْوِيَة) dikerjakan pada tanggal 8 Dzulhijah, sedangkan puasa Arafah (صَوْم عَرَفَة) dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijah. Niat puasa Tarwiyah dan Arafah adalah sebagaimana berikut:
Niat puasa Tarwiyah
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ يَوْمِ التَّرْوِيَةِ لِلهِ تَعَالَى
(Nawaitu shauma ghadin ‘an adai sunnati yaumit tarwiyati lillahi ta’ala)
Artinya: “Saya berniat puasa sunah Tarwiyah esok hari karena Allah Ta’ala.”
Niat puasa Arafah
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ يَوْمِ عَرَفَةَ لِلهِ تَعَالَى
(Nawaitu shauma ghadin ‘an adai sunnati yaumi ‘arafata lillahi ta’ala)
Artinya: “Saya berniat puasa sunah Arafah esok hari karena Allah Ta’ala.”
Baca juga:
- Khutbah Idul Adha 1442H/2021M (Bahasa Jawa) PCNU Trenggalek
- Musim PPDB, Pesantren Jadi Salah Satu Rujukan Terbaik
Sebagian kalangan mempermasalahkan amalan puasa Tarwiyah, karena hadits yang secara eksplisit merujuk kepadanya dianggap dhaif. Meskipun demikian, banyak hadits lainnya, dengan derajat shahih, yang menyebutkan bahwa pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah terdapat banyak fadilah dan umat muslim dianjurkan untuk memperbanyak amal salih di hari-hari tersebut.
Para ulama juga memperbolehkan mengamalkan hadits dhaif dalam kerangka fadhailul a’mal (untuk memperoleh keutamaan) serta hadits yang dimaksud tidak berkaitan dengan masalah akidah dan hukum.
Oleh karena itu, puasa Tarwiyah dianjurkan oleh para ulama, di samping puasa Arafah sehari setelahnya.