Masjid Darus Tsanawi adalah masjid yang berada di kawasan wisata pantai di pesisir selatan Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Ia terletak di jalur wisata Pantai Damas, Kecamatan Watulimo. Tepatnya di Dusun Gading, RT 08, RW 03, Desa Karanggandu. Selain dekat dengan Pantai Damas, Masjid Darus Tsanawi juga berjarak hanya 2 kilometer dari Pantai Cengkrong, dan 3 kilometer dari Pantai Prigi.
Masjid Darus Tsanawi merupakan salah satu masjid yang berada di bawah naungan PC Lembaga Takmir Masjid atau LTM NU Kabupaten Trenggalek. Masjid ini merupakan 3 nominator terbaik dalam PWNU Awards 2022.
Berikut ini profil singkatnya.
Gambaran Kecamatan Watulimo, Wilayah Dakwah Masjid Darus Tsanawi
Kecamatan Watulimo merupakan kawasan wisata yang ada di wilayah Kabupaten Trenggalek. Di kecamatan ini, terdapat sejumlah wisata bahari yang terkenal hingga ke berbagai daerah. Sebut saja Pantai Prigi, Pantai Pasir Putih, Pantai Karanggongso, Pantai Simbaronce, Pantai Damas, Pantai Cengkrong, dan Pantai Mutiara.
Selain wisata pantai, di Kecamatan Watulimo juga terdapat destinasi wisata Gua Lowo yang sudah lama terkenal hingga ke mancanegara, serta wisata Durensari yang merupakan hutan durian terbesar se-Asia Tenggara.
Di Kecamatan Watulimo juga, Pelabuhan Perikanan Nusantara dan Tempat Pelelangan Ikan terbesar se-Jawa Timur berada. Bahkan sejak 2018, dibangun pula Pelabuhan Niaga Prigi yang merupakan pelayaran perintis laut selatan Jawa, terkoneksi dengan pelabuhan Cilacap di Jawa Tengah dan pelabuhan Nusa Tenggara Barat.
Desa Karanggandu, merupakan desa paling luas di antara 12 desa yang ada di Kecamatan Watulimo. Luasannya mencapai 53 km2 atau lebih dari sepertiga wilayah Kecamatan Watulimo, dan dihuni oleh 7.400 jiwa. Dengan topografi pantai dan pegunungan, nelayan dan peladang menjadi mata pencaharian utama penduduk Karanggandu.
Dalam ikonografi yang demikian, Masjid Darus Tsanawi didirikan sebagai pusat pembinaan spiritual dan pengajaran keislaman ala Ahlus Sunnah wal Jamaah an-Nahdliyah bagi masyarakat pesisir.
Masjid Darus Tsanawi berdiri di atas lahan wakaf seluas 1.100 meter persegi. Bangunan masjidnya sendiri luasnya 400 meter persegi, cukup untuk menampung 450 jamaah.
Meski tidak terlalu besar, Masjid Darus Tsanawi tampak megah berkat paduan ornamen khas Timur Tengah dan batu marmer di tiap sisinya. Ditambah, kubah artistik di bagian atap, dengan empat menara berukuran sedang di tiap sudutnya.
Fasilitas masjid juga terbilang komplit. Tempat wudu dan toilet yang terpisah untuk jamaah putra dan putri berada di samping kanan dan kiri masjid. Di bagian serambi yang cukup luas, berdiri sepasang bedug dan kentongan sebagai penanda masuk waktu salat sebelum dikumandangkan azan.
Sejarah Eksistensi Masjid Darus Tsanawi
Masjid Darus Tsanawi didirikan pada tahun 1963. Adalah Kiai Abbas, Kiai Tamyiz, dan Kiai Mujir. Pada awal 1960-an, ketiganya merintis pendirian langgar sebagai pusat kegiatan pengajaran Islam di Desa Karanggandu.
Upaya dakwah tersebut mendapat sambutan hangat dari masyarakat sekitar. Anak-anak dan remaja berbondong-bondong untuk belajar mengaji di langgar. Banyak dari mereka yang berasal dari luar Desa Karanggandu, seperti Desa Prigi, Tasikmadu, dan Margomulyo. Bahkan, tidak sedikit dari mereka yang tiap hari bermalam di langgar.
Tahun 1965, didirikan madrasah ibtidaiyah untuk melengkapi Taman Pendidikan Al-Qur’an dan madrasah diniyah yang sudah berjalan. Pada perkembangannya, mengikuti kebijakan Pemerintah saat itu, madrasah ibtidaiyah diberi nama MI Karanggandu tersebut dijadikan sebagai Madrasah Wajib Belajar, atau lebih dikenal dengan sebutan MWB.
60 tahun sejak berdiri, di bawah asuhan KH. Suryani, Masjid Darus Tsanawi menjelma menjadi pusat kegiatan keagamaan Islam ala Ahlus Sunnah wal Jamaah an-Nahdliyah bagi masyarakat Desa Karanggandu dan sekitarnya.
Tiap hari, masjid tak pernah sepi dari kegiatan, mulai dari ubudiyah, amaliyah, dan juga ta’lim wat ta’allum. Di pagi hari, ratusan siswa-siswi MI Karanggandu melaksanakan salat Duha dan juga bimbingan ibadah dan baca al-Qur’an.
Siang hingga bakda Asar, giliran 150 santri TPQ dan madrasah diniyah mengaji ilmu agama dengan bimbingan ustaz-ustazah lulusan pesantren. Sementara bakda magrib dilaksanakan sorogan al-Qur’an bagi santri remaja.
Adapun bagi jamaah berusia dewasa hingga lanjut, terdapat majelis taklim dengan kajian kitab kuning yang dilaksanakan satu pekan sekali. Dalam bidang pemberdayaan jamaah, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat atau PKBM didirikan dan dikelola secara integral.
Di bidang ubudiyah dan amaliyah pun demikian halnya. Di bawah kepemimpinan Ketua Takmir Ustadz Agus Zainul Mubarok, Masjid Darus Tsanawi memiliki program-program yang istikamah diselenggarakan, baik secara harian, mingguan, bulanan, maupun tahunan.
Selain salat berjamaah rawatib 5 waktu, salat witir berjamaah dan iktikaf sebelum subuh rutin dilaksanakan setiap hari.
Untuk kegiatan mingguan, di masjid yang digunakan untuk salat Jumat ini diselenggarakan sejumlah kegiatan antara lain: amalan zikir fidak, kajian kitab kuning, serta amalan Yasinan dan Tahlil oleh beberapa jamaah RT baik putra maupun putri, juga Remaja Masjid dan kalangan anak-anak dengan waktu masing-masing.
Adapun untuk kegiatan bulanan, di antaranya: shalawatan jamaah putri, shalawatan oleh Remaja Masjid, khotmil Qur’an, dan istighotsah.
Tiap Peringatan Hari Besar Islam, Masjid Darus Tsanawi juga menyelenggarakan even-even, seperti pada saat Tahun Baru Muharam, Maulid, Isra’ Mi’raj, peringatan HUT RI, Hari Santri, Nisfu Sya’ban, santunan anak yatim, juga Rebo Wekasan.
Di samping itu semua, Masjid Darus Tsanawi juga proaktif dan terlibat dalam program-program ke-NU-an. Seperti Lailatul Ijtimak MWC NU, dan kegiatan kaderisasi Badan Otonom NU.
Walhasil, Masjid Darus Tsanawi menjadi salah satu penyangga utama dakwah Islam ala Ahlus Sunnah wal Jamaah an-Nahdliyah bagi masyarakat pesisir selatan Trenggalek, utamanya bagi masyarakat Desa Karanggandu, Kecamatan Watulimo.
Video profil Masjid Darus Tsanawi dapat disimak di Youtube NU Trenggalek Channel berikut:
(Androw Dzulfikar)