Oleh: Ana Nupitasari*

peringatan hari kartini di masa pandemi

Tanggal 21 April adalah momentum istimewa bagi perempuan di seluruh nusantara. Bagaimana tidak? Momentum tersebut adalah penanda yang harus diingat, bahwa sosok perempuan berkelahiran Jepara, 21 April 1879 ini berani mengacungkan keadilan bagi perempuan Indonesia. Beliau adalah RA Kartini, pelopor emansipasi wanita. Tiap tahun, tanggal kelahirannya hingga kini diperingati sebagai Hari Kartini.

Kartini merupakan sosok perempuan cerdas yang banyak menginspirasi perempuan, meskipun ia sendiri memasuki dunia pingitan selama empat tahun. Pingitan tersebut dilakukan karena adat sebagai perempuan Jawa. Ia berasal dari golongan priayi atau kelas bangsawan Jawa,  anak seorang bupati Jepara, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat dan seorang ibu M.A. Ngasirah.

Perjalanan Kartini dimulai dari pingitan. Kartini belajar menulis surat untuk teman-temannya yang berasal dari Belanda. Kartini senang membaca dan belajar melalui buku-buku, koran, dan majalah Eropa. Dari sinilah Kartini mulai tertarik pada kemampuan berpikir perempuan Eropa. Kartini tidak hanya berfokus pada masalah emansipasi wanita namun juga pada bidang sosial dan kemasyarakatan. Kelak, surat-surat Kartini itu dibukukan.

“Memperingati Hari Kartini yang sesungguhnya adalah dengan semangat berjuang dan berani mengeluarkan ide-ide kreatif perempuan”.

Makna peringatan Hari Kartini kali ini sedikit berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Ia biasanya dirayakan dengan lomba-lomba yang berhubungan dengan sosok Kartini, seperti lomba memasak atau memakai pakaian kebaya—sebuah peringatan yang tidak lebih dari sekedar simbolis untuk memaknai keberadaan sosok Kartini.

Memperingati Hari Kartini yang sesungguhnya adalah dengan semangat berjuang dan berani mengeluarkan ide-ide kreatif perempuan. Kartini merupakan sosok yang gigih dalam mempertahankan hak perempuan. Kartini mengubah mindset bahwa perempuan tidak hanya berperan di belakang laki-laki, tetapi keberadaannya sejajar dan berdampingan dengan laki-laki.

Perempuan tidak hanya dapat bekerja di belakang layar, seperti mengurus pekerjaan rumah tangga. Perempuan juga berhak untuk menjadi seorang pemimpin. Dan tidak kalah pentingnya adalah bahwa perempuan berhak mengenyam pendidikan yang sama seperti laki-laki. Oleh karena itulah Kartini disebut sebagai pelopor emansipasi.

Kata emansipasi sendiri berarti pembebasan dari perbudakan yang berkaitan dengan persamaan hak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Perempuan bebas mendapatkan hak dan melakukan kegiatan apa yang mereka mau seperti laki-laki. Sehingga dalam hal ini tidak ada batasan bahwa Perempuan terhalang oleh sebuah stigma laki-laki yang memimpin, perempuan ngikut aja”.

Hal ini dapat dibuktikan dengan berdirinya organisasi yang tidak membatasi peran perempuan untuk ikut di dalamnya. Seperti IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama) dan IPPNU (Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama) yang beriringan jalan untuk saling bekerja sama dalam konteks perjuangan Nahdlatul Ulama. Seorang perempuan mempunyai hak yang sama untuk memimpin.

Hari Kartini di masa pandemi ini hendaknya dijadikan sebagai sebuah refleksi kita bersama. Sebagai perempuan, kita sudah berperan apa saja untuk diri sendiri, orang sekitar, bahkan memberikan sebuah kebermanfaatan bagi sesama perempuan. Bagaimana kita dapat memberikan manfaat bagi diri sendiri, yaitu dengan melatih dan mengembangkan produktifitas diri dengan berani mencoba dan melatih diri untuk ikut berorganisasi.

Di samping itu, kita juga harus berani mendobrak stigma-stigma yang mengucilkan mental perempuan dengan cara mengutarakan pendapat yang menurut kita tidak benar. Kadang kala, seorang perempuan tidak sadar melakukan sebuah penindasan bagi perempuan lain yang berakibat menjatuhkan sebuah mental. Hendaknya kita tidak hanya mengucapkan Selamat Hari Kartini namun juga mengerti makna sejarah lahir sebuah nama RA Kartini dengan jargon“Habis Gelap Terbitlah Terang”-nya, serta siap menjadi perempuan yang layak dipanggil Kartini Masa Kini.

Mari menginspirasi dan mengemansipasi bersama IPPNU!


*adalah Anggota Departemen Jaringan, Komunikasi, dan Informatika PC IPPNU Trenggalek..

2 comments
  1. Tulisanya sangat meninspirasi….trimakasih…
    Semangat untuk belajar,berjuang dan bertaqwa rekan rekanita

Tinggalkan Balasan
You May Also Like

Nuansa Wahabi Dibalik Gerakan Padri

Oleh : Ust. Afrizal el-Adzim Syahputra, Lc., MA Kemunculan gerakan Salafi-Wahabi di…

10 Watak Wasathiyyah Nahdlatul Ulama

Oleh : Habib Wakidatul Ihtiar*   Nahdlatul Ulama (NU) adalah jam’iyah diniyyah-ijtima’iyah…

Siti dan Sayyidati: Adaptasi Islam dengan Budaya Lokal

Oleh: Misbahus Surur*    ESAI — Beberapa hari lalu secara tak sengaja saya…

Idulfitri: Merayakan Makna dan “Diri” yang Sejati

Oleh: Ustadz Surya Qalandar¹   “Al-Hubûṭ” dan Fitrah Manusia Dalam Al-Qur’an, digambarkan…