khutbah idul fitri bahasa indonesia jawa خطبة

Khutbah I

اَلسَّلَام ُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْراً وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْراً، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ، نَحْمَدُكَ يَا ذَاالْجَلَالِ وَاْلإِكْرَامِ، عَلَى مَا اَكْمَلْتَ لَنَا مِنْ دِيْنِ الْإِسْلَامِ، وَجَعَلَنَا خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ وَالْأَنَامِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَنُصَلِّى وَنُسَلِّمُ عَلَى نَّبِى الْهُدَى وَالرَّحْمَةِ، الْمَبْعُوْثِ بِالْكِتَابِ وَالْحِكْمَةِ، سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَاحِبِ الْمَدَدِ لِلْجَسَدِ وَالرُّوْحِ، وَعَلَى اَلِهِ الَّذِيْنَ هُمْ كَمَثَلِ سَفِيْنَةِ نُوْحٍ، وَأَصْحَابِهِ أُوْلِي الْمَأْثِرِ وَالْهِمَمِ وَالْفُتُوْحِ

أَمَّا بَعْدُ

مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ رَحِمَكُمُ اللهُ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ! وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىْ. فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. وَقَالَ اللهُ تَعَلَى: اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ: اَلَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَاءِ وَالضَّرَاءِ وَالْكَا ظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَا فِيْنَ عَنِ النَّاسِ، وَاللهُ يُحِبُّ الْمُحْسنِيْنَ (اَلْأَيَةُ) ! صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمُ

Hadirin wal hadirat jamaah Idul Fitri rahimakumullâh,

Suatu keniscayaan bagi kita semua pada saat ini, tiada lain yaitu memadahkan puji syukur, alhamdulillahi rabbil ‘alamin, ke hadirat Allah Swt atas segala nikmat yang sudah kita terima, baik nikmat lahir yang berupa kesehatan, rezeki, dan kesempatan; lebih-lebih nikmat batin berupa nikmat iman dan Islam. Oleh karena itu, sebagai wujud syukur kita kepada Allah Swt, mari kita terus meningkatkan kualitas ketakwaan kita, dengan cara melaksanakan segala perintah-Nya, serta menjauhi larangan-larangan-Nya. Itu semua demi meraih ridla Allah Swt, serta kemuliaan dan keselamatan, baik di dunia maupun di akhirat.

Untaian shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpah kepada junjungan kita, nabi yang membawa risalah kerasulan kepada seluruh umat dan alam semesta, yakni Rasulullah Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam. Dengan harapan, semoga di akhirat kelak kita mendapat syafa’atul ‘uzhma dari beliau.

Jamaah Idul Fitri rahimakumullâh,

Suasana Idul Fitri pada pagi hari ini penuh dengan kebahagiaan dan rasa suka cita mendalam. Gema takbir, tahmid, tahlil, serta tasbih berkumandang di seantero jagat dengan gegap gempita, membahana di seluruh semesta. Dengan rasa penuh kepasrahan, kekhusyukan, serta kerendahan hati, kita kumandangkan takbir sebagai tanda taqarrub dan mahabbah kita kepada Dzat yang Mahaagung, Maha Terpuji, Mahasuci, dan Mahaesa, yakni Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allâhu Akbar, Allâhu Akbar, Allâhu Akbar, wa lillâhil hamd…

Jamaah Idul Fitri rahimakumullâh,

Mari, Idul Fitri ini kita jadikan momentum menebar Islam yang rahmatan lil ‘âlamîn: Islam yang penuh rahmah, kasih sayang, saling menjaga dan tolong-menolong; Islam yang saling menghormati dan menghargai antar sesama umat beragama, agar terwujud kehidupan nan harmonis, baik di dalam berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, bernegara, bahkan kehidupan dunia. Peri kehidupan yang demikian hanya bisa terwujud apabila kita beragama dengan rahmah. Itu kuncinya.

Allah Swt sudah menegaskan hal tersebut dalam Q.S. al-Anbiyâ’: 107:

وَمَا اَرْسَلْنَاكَ اِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

Artinya: “Dan Aku (Allah) tiada mengutusmu (Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam”.

Ayat tersebut menunjukkan betapa pentingnya mewujudkan rasa kasih sayang dalam beragama, yakni  يَنْظُرُوْنَ الْاُمَّةَ بِعَيْنِ الرَّحْمَةِ : “melihat umat dengan kacamata kasih sayang”. Kasih sayang tersebut bukan hanya ditujukan kepada umat manusia, melainkan juga kepada makhluk-makhluk lainnya, termasuk alam semesta secara keseluruhan.

Ajaran Rasulullah saw yang berorientasi rahmatan lil ‘âlamîn tersebut dapat kita saksikan di sepanjang sejarah kerasulan beliau. Ada tiga hal yang saling berkaitan: hablum minallâh (hubungan dengan Allah Swt), hablum minan nâs (hubungan dengan sesama manusia), dan hablum minal ‘alam (hubungan manusia dengan alam di sekitarnya). Ketiga hal tersebut beliau ajarkan dalam dogma dan risalah kerasulan beliau, Rasulullah saw.

Kesemuanya itu hanya bisa terealisasi apabila dalam beragama, kita mengimplementasikan empat prinsip beragama: tawazun (berimbang), i’tidal (adil), tawasuth (sedang-sedang), dan tasammuh (toleran). Dan juga kita hindari sikap berlebih-lebihan dalam beragama. Sebab, sikap berlebih-lebihan dapat membawa kerusakan. Sebagaimana disabdakan Baginda Nabi saw:

يَا اَيُّهَالنَّاسُ اِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِى الدِّيْنِ، فَاءِنَّمَا اَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمُ الْغُلُوَّ فِى الدِّيْنِ

Artinya: “Hai manusia, jauhilah perilaku berlebih-lebihan (melewati batas) dalam beragama, sesungguhnya rusaknya umat sebelum kalian disebabkan oleh sikap yang berlebih-lebihan dalam beragama”.

Allâhu Akbar, Allâhu Akbar, Allâhu Akbar, wa lillâhil hamd…

Kaum muslimin wal muslimat, jamaah Idul Fitri rahimakumullâh,

Untuk mewujudkan Islam yang rahmatan lil ‘âlamîn, kita juga harus memiliki sifat pemaaf, lebih-lebih di dalam momen Idul Fitri seperti ini. Dengan sifat pemaaf, akan terjalin ukhuwah (persaudaraan). Di akhir zaman ini, rasa ukhuwah semakin terkikis; rasa ukhuwah sudah tergeser dengan kondisi sosial. Oleh karena itu, momen Idul Fitri ini mari kita manfaatkan untuk menjalin silaturahim, saling memaafkan, dan ridla bir-ridla dengan kerendahan hati dan kelapangan dada. Agar kita benar-benar kembali ke fitrah, dengan cara memenuhi hak-hak kita kepada Allah dan juga kepada sesama. Mengenai hal ini, ada satu kalimat hikmah: “Dengan memaafkan tidak akan mengurangi kehormatan, dengan rendah hati tidak akan menurunkan harga diri.”

Dalam sebuah hadits qudsi, Allah Ta’ala berfirman:

اَنَا الرَّحْمَنُ وَهَذِهِ الرَّحِمُ اِنْشَقَقْتُ لَهَا اِسْمًا مِنْ اِسْمِىْ، فَمَنْ وَصَلَهَا وَصَلْتُهُ وَمَنْ قَطَعَهَا بَتَتُّهُ

Artinya: Aku adalah ar-Rahmân (Dzat Yang Maha Pengasih), dan kalimat ‘arrahim’ (sanak/ saudara) Kuambil dari salah satu nama-Ku. Maka barang siapa yang menyambungnya, Aku akan sambung dengan dirinya; dan barang siapa yang memutusnya, Aku juga akan memutus hubungan dengan dirinya”.

Allâhu Akbar, Allâhu Akbar, Allâhu Akbar, wa lillâhil hamd…

Kaum muslimin wal muslimat rahimakumullâh,

وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا

Dan berpegang teguhlah kamu semua pada tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai-berai…”

Allah Swt beserta rasul-Nya telah mengajarkan agar umat Islam bersatu padu, saling menghargai, dan menghormati perbedaan. Jangan sampai adanya perbedaan menjadikan perpecahan. Maka dalam kehidupan beragama, kita tidak diperbolehkan menuduh dan memvonis muslim lain dengan tuduhan atau sebutan kafir, munafik, sesat, bid’ah, dan ucapan-ucapan provokatif lainnya yang mengarah pada perpecahan sesama muslim. Apalagi hingga menghalalkan darah dan kehormatan sesama saudara muslim, hanya gara-gara perbedaan pemahaman dan penafsiran teks ayat atau dalil.

Sabda Nabi:

اَلْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ، وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَانَهَى اللهُ عَنْهُ

Artinya: “Yang disebut muslim yang hakiki ialah orang yang memberi keselamatan bagi umat muslim lainnya dari lisan dan tangannya, adapun orang yang hijrah yaitu orang yang meninggalkan segala larangan Allah Swt”.

Dengan demikian, sudah terang dan jelas bahwa sebagai umat Islam, kita harus menyemaikan ajaran agama dengan jalan kasih sayang dan saling menghormati; tidak diperbolehkan menzhalimi, menghujat, dan menyulut permusuhan, baik melalui ucapan maupun tindakan.

Sebab, apabila kita beragama dengan perangai yang kasar, justru akan memunculkan ketakutan dan ekses negatif, bahkan bisa menimbulkan permusuhan dan perpecahan. Sebaliknya, dengan beragama yang lemah lembut, santun, dan menghormati, maka akan menumbuhkan persatuan, kerukunan, dan kehidupan yang harmonis di tengah masyarakat, bangsa, dan negara, hingga kehidupan dunia.

إِنَّ الرِّفْقَ لَا يَكُوْنُ فِى شَيْءٍ اِلَّا زَانَهُ وَلَا يُنْزَعُ مِنْ شَىْءٍ اِلَّا شَانَهُ

“Sungguh, segala sesuatu yang dihiasi kelembutan akan tampak indah, dan (sebaliknya), sesuatu yang tak ada kelembutan di dalamnya akan tampak tercela.”

Allâhu Akbar, Allâhu Akbar, Allâhu Akbar, walillâhil hamd…

Jama’ah Idul Fitri rahimakumullah,

Ramadan sudah mendidik serta mengajari kita banyak hal: kesabaran, kerendahhatian, dan keikhlasan, lebih-lebih dalam hal menahan amarah dan hawa nafsu. Kesemuanya itu menumbuhkan dampak yang kuat dalam membentuk pribadi kita menuju kedudukan ‘takwa’. Puasa telah membentuk kita menjadi manusia yang tidak hanya saleh secara individual, tetapi juga manusia yang saleh secara sosial. Dengan kata lain, di samping menjadi pribadi yang taat dan lurus sebagai hamba Tuhan, kita juga dididik menjadi manusia yang berguna bagi sesama.

Pendidikan Ramadan menumbuhkan jiwa sosial, murah hati, suka tolong-menolong, saling menyayangi, dan memaafkan. Itulah indikator orang bertakwa, sebagaimana firman Allah Swt dalam al-Qur’an surat Ali Imran ayat 134:

اَلَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَآءِ وَالضَّرَآءِ وَالْكَا ظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَا فِيْنَ عَنِ النَّاسِ، وَاللهُ يُحِبُّ الْمُحْسنِيْنَ

Artinya: “(Yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.”

Semoga dalam Idul Fitri tahun ini kita mendapatkan ridla Allah Swt, kembali ke jati diri kita yakni ‘fitri’ (suci), serta tergolong orang-orang yang beruntung, dan dimasukkan ke dalam surga oleh Allah Swt. Âmîn, âmîn, âmîn, Yâ Rabbal ‘Âlamîn.

جَعَلَنَا اللهُ وَاِيَّاكُم مِنَ الْعَاءِدِيْنَ وَالْفَاءِزِيْنَ وَالْمَقْبُوْلِيْنَ، وَاَدْخَلَنَا وَاِيَّاكُم فِى زُمْرَةِ عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ. اَقُوْلُ قَوْلِى هَذَا وَاسْتَغْفِرُاللهَ لِى وَلَكُم، وَلِوَالِدِيْنَا وَلِسَآءِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَالْغَفُوْرُالرَّحِيْمُ

Khutbah II

اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ فِى كُلِ حِيْنٍ وَ اَوْقَاتٍ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اَلَّلهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، اَشْرَفِ الْخَلْقِ وَالْبَرِيَّاتِ. وَ عَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يَظْفَرُوْنَ مِنَ اللهِ حَظًّا وَافِرًا

اَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَدَاللهُ ، اِتَّقُوْااللهَ وَتَمَسَّكُوْا بِدِيْنِهِ الْقَوِيْمِ. وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ تَعَلَى اَمَرَكُمْ بِالْإِ عْتِصَامِ بِحَبْلِهِ الْمَتِيْنِ فَأَطِيْعُوْهُ. وَ نَهَاكُمْ عَنِ التَّفَرُّقِ فَاحْذَرُوْهُ. أَلَّلهُمَّ ارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، اَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَ عُثْمَانَ وَ عَلِى وَعَنْ سَاءِرِ اَصْحَابِ  نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ، وَارْحَمْهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَلَّلهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْ مِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ. اَلَّلهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْزَّلَازِلَ وَسُوْءَ الْفِتَنِ وَ الْمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُوْنِيْسِيَا هَذَا خَاصَّةً، وَسَاءِرِالْبُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. يَا رَبَّ كُلِّ شَيْءٍ بِقُدْرَتِكَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ اِغْفِرْلَنَا كُلَّ شَىْءٍ وَلَا تَسْئَلْنَا عَنْ كُلِّ شَىْءٍ وَلَا تُحَاسِبْنَا فِى كُلِّ شَىْءٍ وَاَعْطِنَا كُلَّ شَىْءٍ.  رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَاللهِ ، اِنَّ اللهَ يَاءْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ، وَاِيْتَاءِ ذِىْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوْااللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُاللهِ اَكْبَرُ

Teks khutbah Idul Fitri Bahasa Indonesia 1443 H / 2022 M dengan tema "Momentum Menebar Islam Rahmatan lil Alamin" ini disusun oleh Kiai Ali Asmungi, Ketua PC LDNU Trenggalek.
You May Also Like

Bacaan dan Tata Cara Bilal Shalat Jumat (Panduan Singkat)

Dalam pelaksanaan shalat Jumat, bilal atau muraqqi mempunyai peran yang penting. Bilal…

Khutbah Jumat Basa Jawa: Menakar Perjalanan Hidup di Dunia untuk Kehidupan di Akhirat (LDNU Trenggalek)

Khutbah I اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكاَتُهُ اَلْحَمْدُللهِ الَّذِيْ وَعَدَ الَّذِيْنَ آمَنُوْا…

Tata Cara dan Bacaan Bilal Salat Idul Adha

Bilal atau Muraqqi adalah seseorang yang bertugas mengumandangkan tarqiyah (seruan kepada jamaah untuk melaksanakan salat). Berikut tata cara dan bacaan bilal salat Idul Adha.

Khutbah Jumat: 5 Perkara yang Dicintai dan Ditinggalkan Manusia di Akhir Zaman

Khutbah I اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ فِى كُلِّ حِيْنٍ…