Ikatan Pelajar Nahdatul Ulama (IPNU) Trenggalek berduka atas kepulangan salah satu kader terbaik M. Riski Rafli Pasya. Aktif di Dewan Koordinasi Anak Cabang (DKAC) Corp Brigade Pembangunan (CBP) IPNU Durenan, Trenggalek, Riski memiliki loyalitas yang luar biasa.
Salah satu sahabat karib, Zidni Mubaroq mengatakan Rekan Riski dalam berkhidmah berorganisasi totalitas. Sampai pernah dipecat kerja gegara membersamai dalam acara Konferancab IPNU-IPPNU Durenan, Trenggalek.
“Kalau tidak salah izin 3 atau 4 hari berturut-turut. Terus pernah juga di ibu saya saat pelaksanaan Diklatama CPB KPP IPNU-IPPNU Durenan hampir disuruh istirahat bekerja (resign) karena satu bulan izin lebih dari 7 atau 8 kali,” ulas Zidni Mubaroq selepas ke makam almarhum, Senin (29/04/2024).
Almarhum Riski sempat bekerja di salah satu toko, serta bengkel. Loyalitas terhadap organisasi menyebabkan sering izin bekerja, sehingga dikeluarkan dalam mata pencaharian.
Baca juga:
Gelar Halal Bihalal, NU Ranting Karanganom Rekatkan Ukhuwah Islamiyyah-Nahdliyah
Selama tiga tahun terakhir menurut Zidni, beliau ikut bekerja bersama orang tuanya di sebuah toko swalayan, hanya beberapa meter dari Pasar Kamulan, Kecamatan Durenan. Selama bekerja, Riski merupakan sosok yang ulet, rajin dan tanggungjawab.
Ia tinggal bersama sang nenek sudah lama, kehilangan salah satu orang tuanya membuat servive dengan kehidupan sehari-hari. Kendati sibuk bekerja, tetap berkhidmah dan berproses.
“Sesibuk itu masih menyempatkan ikut organisasi. Loyal atau totalitas itu namanya, sempat juga pernah menjadi Ketua Ranting IPNU Pakis. Sewaktu beliau mendapat amanah mulai ramai banyak yang ikut, sampai sekarang meninggalkan kita,” ujarnya.
Alumnus Pondok Pesantren Al-Falah Ploso Kediri ini mengaku almarhum jika dengan teman humble and care. Saat dimimintai pertolongan begini begitu langsung berangkat.
Zidni mengisahkan dahulu pernah temannya di Desa Ngadisuko Durenan ban sepeda motor mengalami bocor. Tanpa rasa malas ia bergegas menemui temannya tersebut membantu.
“Lalu dijemput dari Pakis (rumahnya) malam-malam, pokoknya entengan (ringan tangan),” kenangnya.
Ringan tangan almarhum, menurut Zidni juga tercermin saat keluarganya membutuhkan bantuan tenaga. Riski tidak membeda-bedakan antara pekerjaan maupun kondisi di keluarga tetap ringan tangan.
“Tidak pilih pilih saya kerjanya di toko, kalau di rumah ya berbeda,” terangnya.
Pemuda yang bisa Qori’ ini berharap kepulangan Rekan Riski termasuk husnul khotimah. Karena selama kehidupan sehari-hari telah memiliki dedikasi yang tinggi dalam berkhidmah.
“Padhang dalane jembar kubure. Teman-teman merasa kehilangan karena setiap kali PAC Durenan memiliki kegiatan istilahnya mewakafkan lahir batin dalam perlengkapan,” tutupnya.
(Madchan Jazuli)