Menurut pandangan Islam, menjaga kebersihan tubuh tidak melulu dalam aspek fisik, tetapi juga memiliki dimensi spiritual yang mendalam. Lalu, bagaimanakah hukum tidur dalam keadaan junub? Bolehkah seseorang tidur dalam keadaan junub? Haruskah orang junub wudhu ketika hendak tidur?

Secara bahasa, junub berasal dari kata janabah yang berarti jauh. Sedangkan junub secara istilah adalah keadaan seseorang setelah mengeluarkan air mani (al-inzal) bagi perempuan dan laki-laki, sebab mimpi basah atau berhubungan seksual.

Junub adalah hal yang tak asing lagi di tengah umat Islam. Apabila seseorang dalam keadaan junub, maka ia dilarang untuk melaksanakan ibadah seperti shalat, berpuasa, membaca Al-Qur’an, dan sebagainya.

Seorang muslim dapat dikatakan suci jika dia bersih dari hadas dan najis. Pentingnya menjaga kebersihan dan kesucian tubuh dalam Islam tercermin dalam ajaran-ajaran yang mengatur tata cara ibadah dan kehidupan sehari-hari umat muslim.

Untuk memahami lebih lanjut, di sini terdapat beberapa redaksi hadis mengenai hukum tidur dalam keadaan junub. Berdasarkan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, di situ disebutkan bahwa hendaklah seseorang yang junub berwudhu sebelum tidur sebagaimana wudhu untuk shalat. Hadis tersebut berbunyi:

حَدَّثَنَا يَحْىَ بْنُ بٌكَيْرٍ قَالَ: حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ عُبَيْدِ اللهِ بْنِ أَبِيْ جَعْفَرٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: كَانَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَنَامَ وَهُوَ جُنُبٌ غَسَلَ فَرْجَهُ وَ تَوَضَأَ لِلصَّلَاةِ

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukairin berkata:  Telah menceritakan kepada kami Al-Laits dari ‘Ubaidillah bin Ja’far dari Muhammad bin ‘Abd Rahman dari ‘Aisyah berkata: Apabila Nabi sallahu ‘alaihi awasallam hendak tidur ketika sedang dalam keadaan junub, maka beliau membasuh kemaluannya dan berwudhu seperti wudhu untuk shalat. (HR. Bukhori no. 288, shahih)

Ada pula hadis yang menyatakan bahwa tidaklah seseorang yang junub berwudhu sebelum tidur. Hal itu didasarkan pada hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dalam kitabnya, Sunan Ibnu Majah, pada bab Thaharah nomor 571, dengan redaksi sebagai berikut:

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الصَّبَّاحِ حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ عَيَّاشٍ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي إِسْحَقَ عَنْ الْأَسْوَدِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُجْنِبُ ثُمَّ يَنَامُ وَلَا يَمَسُّ مَاءً حَتَّى يَقُومَ بَعْدَ ذَلِكَ فَيَغْتَسِلَ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ash-Shabbah berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin ‘Ayyasy, dari Al-A’masy dari Abu Ishaq dari Al-Aswad dari ‘Aisyah r.a berkata: Rasululullah saw sedang junub, kemudian beliau tidur tanpa menyentuh air. Lalu beliau bangun setelah itu mandi. (HR. Ibnu Majah No. 571, shahih)

Apabila lihat dari kualitas hadis yang nampak bertentangan diatas, ternyata keduanya merupakan hadis shahih. Namun di samping itu, terdapat juga hadis yang menunjukkan jikalau Rasulullah saw. pernah melakukan keduanya. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitabnya, Shahih Muslim, pada bab Thaharah nomor 296, yang berbunyi:

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا لَيْثٌ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ صَالِحٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي قَيْسٍ قَالَ سَأَلْتُ عَائِشَةَ عَنْ وِتْرِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ الْحَدِيثَ قُلْتُ كَيْفَ كَانَ يَصْنَعُ فِي الْجَنَابَةِ أَكَانَ يَغْتَسِلُ قَبْلَ أَنْ يَنَامَ أَمْ يَنَامُ قَبْلَ أَنْ يَغْتَسِلَ قَالَتْ كُلُّ ذَلِكَ قَدْ كَانَ يَفْعَلُ رُبَّمَا اغْتَسَلَ فَنَامَ وَرُبَّمَا تَوَضَّأَ فَنَامَ قُلْتُ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي جَعَلَ فِي الْأَمْرِ سَعَةً و حَدَّثَنِيهِ زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ ح و حَدَّثَنِيهِ هَارُونُ بْنُ سَعِيدٍ الْأَيْلِيُّ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ جَمِيعًا عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ صَالِحٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ مِثْلَهُ

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami Laits dari Muawiyah bin Shalih dari Abdullah bin Abi Qais dia berkata, “Saya bertanya kepada Aisyah tentang witir Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam. Lalu dia menyebutkan suatu hadits. Aku bertanya, ‘Bagaimana (yang harus) dia perbuat ketika dalam keadaan junub, apakah dia harus mandi sebelum tidur atau tidur tanpa mandi? ‘ Aisyah menjawab, ‘Sungguh semuanya telah dilakukan beliau, boleh jadi dia mandi lalu tidur, boleh jadi dia berwudhu lalu tidur.’ Aku berkata, ‘Segala puji bagi Allah yang menciptakan dalam perkara tersebut suatu keleluasaan’.” Dan telah menceritakannya kepadaku Zuhair bin Harb telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Mahdi –lewat jalur periwayatan lain– dan telah menceritakannya kepadaku Harun bin Sa’id al-Aili telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb semuanya dari Muawiyah bin Shalih dengan isnad ini hadits semisalnya. (HR. Muslim no. 296 , shahih)

Ditinjau dari beberapa hadis shahih diatas, dapat disimpulkan bahwasannya orang yang junub lebih baik wudhu sebelum tidur. Namun, sekalipun tidak wudhu itu bukanlah masalah karena Rasulullah saw. juga pernah melakukan hal yang demikian. Wallahu a’lam bis shawab.

*  Zalfa Ashilah Hauramassah, mahasiswa Ilmu Hadis UIN SATU
You May Also Like

Bacaan dan Tata Cara Bilal Shalat Jumat (Panduan Singkat)

Dalam pelaksanaan shalat Jumat, bilal atau muraqqi mempunyai peran yang penting. Bilal…

Makna ar-Rahman & ar-Rahim Secara Bahasa, Istilah, dan Kalam

Kaum muslimin Indonesia pada umumnya mengetahui makna ar-Rahman dan ar-Rahim sebagai Yang…

Dalil Penentuan Jumlah Bilangan Bacaan Wirid atau Dzikir

Adapun soal penentuan bilangan dan lafaznya, maka sebenarnya sama saja bisa ditentukan…

Nasihat Mewujudkan Pernikahan yang Maslahah

Pernikahan itu sakral. Allah Swt menyebutnya sebagai “mitsaqan ghalidza” alias perjanjian yang…