Pimpinan Cabang (PC) Fatayat Nahdlatul Ulama Trenggalek di tahun ini genap berusai 74 tahun. Ketua PC Fatayat NU Trenggalek, Hj Nadhirotul Ulfa mendorong seluruh kader menjadi madrasatul ula (pendidikan pertama) bagi sang buah hati hingga mewujudkan ketahanan keluarga.
Harlah ke-74 Fatayat NU tahun ini mengambil tema ‘Menguat Bersama, Maju Bersama, Untuk Perempuan Indonesia dan Peradaban Dunia’. Hj Nadhirotul Ulfa mengaku karakter yang tangguh, baik sebagai seorang ibu maupun isteri harus mampu membimbing dan mendidik anak melalui mengoptimalkan Rumah konsultasi Fatayat NU di tingkat PC, PAC dan Pimpinan Ranting.
“Karena bagaimanapun ini merupakan ikhtiar para kader untuk semakin menempa dirinya untuk menjadi almadrosatul Ula, sehingga mampu untuk saling menguatkan dalam mewujudkan ketahanan keluarga,” ujar Hj Nadhirotul Ulfa kepada penulis, Senin (20/05/2024).
Baca juga:
Edukasi Hidup Sehat, Fatayat NU Trenggalek Gelar Workshop dan Launching Kader Germas
Hj Nadhirotul mengaku Kader Fatayat NU diharapkan bisa lebih peka dan responsif terhadap tantangan dan perkembangan teknologi transformasi digital. Maka yang harus dikuatkan kualitas kader, sehingga program keluarga maslahah merupakan prioritas program.
Dikatakannya, peran domestik dan publik harus bisa seimbang sesuai dengan karakter Ke-NU-an yaitu tawazun (keseimbangan). Sekaligus harus punya manajemen self dan konsep diri yang kuat sesuai dengan kodrat yaitu sebagai ibu yang menjalani hamil, melahirkan dan menyusui.
Hj Nadhiroh menambahkan, untuk peran publik harus dibangun dengan aktif dalam kegiatan-kegiatan yg bisa menempa kecerdasan emosional, spiritual dan sosial. Sehingga mempunyai kontribusi dalam memajukan perempuan Indonesia dan peradaban dunia.
“Tidak lupa kita harus bisa merawat kebhinekaan, karena itu aset dan investasi untuk menjaga NKRI. Perempuan muda NU harus saling menghormati dan menghargai, saling menguatkan untuk terbangunnya harmoni,” paparnya.
Termasuk, dikatakannya dalam masyarakat yang majemuk pasti ada sebuah perbedaan. Baik pemikiran, cara pandang, maupun amaliyah sehingga harus memiliki sifat yang saling menghormati dalam kacamata sebagai warga negara Indonesia.
“Berbeda itu esensi dari toleransi untuk mengaktualisasikan persaudaraan yang kokoh dan sejati,” pungkasnya.
Madchan Jazuli