Sebanyak dua kader Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU) Trenggalek dikirim ke Daurah Falakiyah yang diadakan PW LFNU Jatim di Pesantren Sabilurrasyad II. Keduanya adalah Bagas Aji Prasetyo dan Miftahur Rosyidin Zuhri.
Bagas Aji Prasetyo mengaku senang dan bersyukur bisa diberi kesempatan untuk mengikuti Daurah Falakiyah yang diadakan oleh LFNU. Selain menambah ilmu juga menambah jejaring teman dari berbagai daerah.
“Menambah relasi, teman-teman baru dari berbagai background, bisa belajar banyak pengetahuan masih awam di telinga kita, terutama di bidang Falakiyah,” katanya, Ahad (12/12/2021).
Diambahkan Bagas, materi yang disampaikan sangat berbobot dan padat sehingga mudah dipahami oleh pemula. Sebab sasaran dari Daurah ini adalah para pemula di bidang falakiyah.
Sementara untuk praktiknya, dilakukan langsung di lokasi. Misalnya menghitung arah kiblat dan melihat fajar di Bukit Paralayang yang berada di Kota Batu.
Lulusan ITS tersebut berharap, ilmu yang ia dapat bisa ditularkan kepada teman-teman di daerah. Serta jika diberi kesempatan lagi, ia sangat tertarik untuk mengikuti daurah maupun diklat yang sama.
“Semoga kedepannya bisa diberi kesempatan untuk mengikuti seperti ini,” ungkapnya.
Senada, Miftah juga mengaku bahwa pelatihan selama empat hari tersebut sangat membantu bagi pemula. Sebab materi yang diajarkan lengkap mulai awal hingga menghitung rumus-rumus dalam menentukan waktu.
“Cocok untuk pemula untuk belajar menentukan jadwal sholat, arah kiblat, awal bulan,” jelasnya.
Menurut Miftah, materinya tidak jauh berbeda dengan yang ia dapat saat belajar di pondok. Namun demkian, di Duarah Falakiyah ini tetap ada beberapa rumus yang belum dimengerti.
“Lewat pelatihan ini tambah mengenal rumus dan istilah-istikah baru,” tutup alumni PP. Al Anwar Baruharjo Durenan tersebut.
Daurah Falakiyah Jatim Jadi Momen Merintis Pengurus LFNU Kecamatan Durenan
Pimpinan Wilayah Lembaga Falakiyah Nadhlatul Ulama Jawa Timur (PW LFNU Jatim) menggelar Daurah Falakiyah selama empat hari, mulai Kamis (9/12) hingga Ahad (12/12). Daurah bertempat di PP. Sabilur Rosyad II atau Pondok Gasek II.
Ketua PW LFNU Jatim KH. Dr. Shofiullah mengungkapkan, kaderisasi hisab rukyatul hilal ini terbatas hanya untuk 45 orang. Sebab menyasar tingkatan pemula, sehingga membutuhkan kelas yang kondusif.
“Kita batasai maksimal 45 orang, karena ini benar-benar kaderisasi yang expert. Kalau tingkatan pemula harus ada batasan, sehingga teman-teman bisa menyerap ilmu dengan maksimal,” katanya ditemui di sela-sela mengisi materi.
Pengasuh PP. Miftahul Huda IV Kepanjen Malang ini mengungkapkan, Daurah Falakiyah merupakan acara rutin kaderisasi ahli hisab rukyah. Saat ini adalah angkatan yang ke-29.
“Kiai Marzuki Mustamar memberikan arahan kepada kita bahwa pemula nanti benar-benar menjadi ahli. Makanya kita membutuhkan waktu dua kali lipat dari biasanya,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua PC LFNU Trenggalek Kiai Ali Musyafa’ mengatakan, dua orang delegasi yang dikirim merupakan pengurus PAC LFNU Durenan. Ini sekaligus sebagai rintisan pengurus LFNU di tingkat MWCNU atau kecamatan.
“Jadi kita sedang merintis Lembaga Falakiyah di tingkat MWC. Kebetulan ada daurah di Jawa Timur. Sehingga dua pengurusnya kita kirim untuk menambah semangat,” ungkap Kiai Syafa’.
Dituturkan Kiai Syafa’, Durenan dijadikan sebagai rintisan atau percontohan pengurus LFNU di tingkat kecamatan. Kalau berjalan baik sesuai rencana, akan lanjut ke kecamatan-kecamatan lain.
Pengurus LFNU di tingkat MWCNU Durenan sudah terkumpul sekitar 20 orang. Mereka berasal dari berbagai desa, dengan berbagai latar belakang profesi.
“Dua delegasi tadi bukan santri murni, tapi anak-anak muda NU yang punya potensi dan semangat. Kita rekrut agar bisa berkhidmah untuk NU,” lanjutnya.
Paska pelatihan, kedua peserta diharapkan bisa menularkan ilmunya ke teman-teman pengurus. Apalagi pengurus LFNU Kecamatan Durenan sudah sepakat untuk mengadakan agenda rutin sebulan sekali.
“Agenda rutin perdana insyallah akan di Pondok Daris Sulaimaniyah. Di sana akan kita bahas (hasil daurah tersebut) bersama pengurus dan masyarakat luas,” pungkasnya.
(Madkhan Jazuli/Arkha)