Pada bulan Ramadhan, umat Islam yang beriman dan memenuhi syarat-syarat serta rukun-rukun puasa diwajibkan untuk berpuasa. Tidak dibenarkan bagi mereka meninggalkan ibadah puasa wajib tersebut kecuali bagi mereka yang mendapatkan alasan wajib. Boleh meninggalkannya karena alasan yang sudah ditentukan di dalam ajaran agama, sebagaimana diuraikan dalam kitab-kitab fikih.

Ramadhan adalah nama bulan yang sudah dikenal, baik oleh kaum muslim, maupun non muslim. Ramadhan adalah salah satu nama bulan kesembilan dalam sistem kalender Hijriyah, yakni nama bulan yang berada di antara bulan Sya’ban dan bulan Syawal.

Ramadhan, oleh Rasulullah, digelar sebagai Sayyid al-Syuhur, yang bermakna penghulu bagi bulan-bulan lainnya. Ramadhan adalah bulan yang paling utama dibandingkan bulan-bulan lainnya. Disusul bulan Muharram, kemudian bulan Rajab, Dzulhijjah, bulan Dzulqa’dah, bulan Sya’ban, lalu bulan-bulan sisanya.

Karena keutamaannya itulah maka menurut seorang ahli hadis, yakni Ibnu Hajar, bahwa berharap agar Ramadhan lekas berlalu tergolong dosa besar.

Kata “Ramadhan” (رمضان) dalam Bahasa Arab adalah kata benda berbentuk tunggal yang huruf terakhirnya tidak boleh diberi tanda baca tanwin. Dalam ilmu Tata Bahasa Arab disebut dengan ism ghairu munsharif (kata benda yang huruf akhirnya tidak menerima tanwin).

Ada dua alasan mengapa kata Ramadhan tidak diberi tanda baca tanwin, yaitu: al-‘alamiyyah (bersifat nama) dan al-ziyadah (ada tambahan huruf alif dan nun pada akhir katanya). Kata Ramadhan ini dengan demikian berasal dari kata “al-Ramdlu (الرمض), yang berarti menjadi terbakar karena panas yang amat sangat dari batu-batu kerikil yang panas (الرمضاء).

Adapun bentuk jamak dari kata “Ramadhan” (رمضان) adalah ramadhanat (رمضانات), ramadhanin (رمضانين), armidlatun (أرمضة), ramadl (رماض), armadlu (أرمض), aramidlu (أراميض), ramadla (رماضى). Imam al-Jauhari menambahkan: armadla’ (أرمضاء).

Mengapa Bulan Itu Dinamakan Bulan Ramadhan?

Ada beberapa pendapat yang berbeda terkait mengapa bulan tersebut dinamakan bulan Ramadhan.

Pertama, bahwa Bangsa Arab saat menukil nama-nama bulan dari bahasa kuno, mereka menamainya dengan satu peristiwa yang terjadi pada masa itu. Maka bulan Ramadhan ini bersesuaian dengan masa panas ketika itu. Sehingga kata “Ramadhan” (رمضان) adalah derivat dari kata “al-ramdla’” (الرمضاء) yang berarti “bebatuan yang panas” (الحجارة الحارة).

Kedua, dinamakan Ramadhan karena panasnya perut orang yang berpuasa sebab menahan lapar dan dahaga pada waktu tersebut.

Ketiga, dinamakan Ramadhan karena dosa-dosa dibakar hangus dengan hati yang panas. Diriwayatkan oleh Anas bin Malik radliya Allahu ‘anhu, dari Nabi saw, beliau bersabda,

إنما سمي رمضان لأنه يحرق الذنوب (الذر المنثور ١٨٣/١)

Artinya: “Dinamakan Ramadhan karena ia membakar dosa-dosa.”

Dengan kata lain, yang dimaksud dengan hal itu adalah bahwa disyariatkan untuk berpuasa pada bulan Ramadhan, bukan pada bulan selainnya, agar maknanya cocok dengan namanya.

Keempat, bahwa di antara kebaikan bulan Ramadhan itu seperti al-Ramdlu, yaitu المطر إذا كان في آخر القيظ وأول الخريف (apabila hujan terjadi pada akhir musim panas dan awal dari musim semi).

Disadur dari status Facebook KH. Ahmad Ishomuddin tanggal 2 April 2022.
You May Also Like

Bacaan dan Tata Cara Bilal Shalat Jumat (Panduan Singkat)

Dalam pelaksanaan shalat Jumat, bilal atau muraqqi mempunyai peran yang penting. Bilal…

Makna ar-Rahman & ar-Rahim Secara Bahasa, Istilah, dan Kalam

Kaum muslimin Indonesia pada umumnya mengetahui makna ar-Rahman dan ar-Rahim sebagai Yang…

Dalil Penentuan Jumlah Bilangan Bacaan Wirid atau Dzikir

Adapun soal penentuan bilangan dan lafaznya, maka sebenarnya sama saja bisa ditentukan…

Nasihat Mewujudkan Pernikahan yang Maslahah

Pernikahan itu sakral. Allah Swt menyebutnya sebagai “mitsaqan ghalidza” alias perjanjian yang…