Membaca doa qunut pada shalat Subuh merupakan amalan yang disunnahkan. Tidak hanya di kalangan Syafi’iyah tapi juga oleh mayoritas ulama ahli hadis.
Doa qunut umunya dibaca pada saat i’tidal, seusai membaca tahmid (bacaan i’tidal). Membaca doa qunut dilakukan sambil mengangkat kedua tangan.
Namun seusai doa, telapak tangan tidak perlu diusapkan ke wajah seperti halnya doa umumnya. Hal ini untuk menghindari gerakan berlebihan yang dapat membatalkan shalat.
Menurut Imam Nawawi, doa qunut merupakan sunnah muakkadah atau sangat dianjurkan. Meninggalkan doa qunut tidak membatalkan shalat tapi dianjurkan untuk menggantinya dengan sujud sahwi.
Selain shalat Subuh, doa qunut umumnya juga dibaca pada rakaat terakhir shalat Witir mulai pertengahan bulan Ramadhan. Bacaan doa qunut shalat Witir pada separo akhir bulan Ramadhan ini sama dengan doa qunut yang dibaca pada saat shalat Subuh.
Berikut ini bacaan doa qunut disertai bunyi latin dan artinya. Lafal doa qunut pdf dapat didownload di bagian paling belakang.
- Baca juga: Lafal Doa Sapu Jagat, Arti dan Keutamaannya
Bacaan Doa Qunut
اَللّهُمَّ اهْدِنِىْ فِيْمَنْ هَدَيْتَ
وَعَافِنِى فِيْمَنْ عَافَيْتَ
وَتَوَلَّنِىْ فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ
وَبَارِكْ لِىْ فِيْمَا اَعْطَيْتَ
وَقِنِيْ شَرَّمَا قَضَيْتَ
فَاِ نَّكَ تَقْضِىْ وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ
وَاِ نَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ
وَلاَ يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ
تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ
فَلَكَ الْحَمْدُ عَلَى مَا قَضَيْتَ
وَاَسْتَغْفِرُكَ وَاَتُوْبُ اِلَيْكَ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ اْلاُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
Lafal Doa Qunut Latin
Allâhummahdinî fî man hadaît,
wa ‘âfini fî man ‘âfaît,
wa tawallanî fî man tawallaît,
wa bâriklî fî mâ a‘thaît,
wa qinî syarra mâ qadhaît,
fa innaka taqdhî wa lâ yuqdhâ ‘alaîk,
wa innahû lâ yadzillu maw wâlaît,
wa lâ ya‘izzu man ‘âdaît,
tabârakta rabbanâ wa ta‘âlaît,
fa lakal hamdu a’lâ mâ qadhaît,
wa astagfiruka wa atûbu ilaîk,
wa shallallâhu ‘alâ sayyidinâ Muhammadin nabiyyil ummiyyi wa ‘alâ âlihî wa shahbihî wa sallam.
Arti Doa Qunut
“Ya Allah, berikanlah petunjuk kepada kami sebagaimana mereka yang telah Engkau tunjukkan,
Dan berilah kesehatan kepada kami sebagaimana mereka yang Engkau telah berikan kesehatan,
Dan peliharalah kami sebagaimana orang yang telah Engkau peliharakan,
Dan berilah keberkahan kepada kami pada apa-apa yang telah Engkau karuniakan,
Dan selamatkan kami dari bahaya kejahatan yang Engkau telah tentukan,
Maka sesungguhnya Engkau lah yang menghukum dan bukan terkena hukum,
Maka sesungguhnya tidak hina orang yang Engkau pimpin,
Dan tidak mulia orang yang Engkau memusuhinya,
Mahasuci Engkau wahai Tuhan kami dan Mahatinggi Engkau,
Maha bagi Engkau segala pujian di atas yang Engkau hukumkan,
Aku memohon ampun dari Engkau dan aku bertaubat kepada Engkau,
Dan semoga Allah mencurahkan rahmat dan sejahtera untuk junjungan kami Nabi Muhammad, keluarga, beserta sahabatnya.”
Dalil Doa Qunut
Imam Syafi’i menganjurkan untuk membaca doa qunut dalam shalat Subuh. Pendapat ini diikuti oleh mayoritas ulama ahli hadis.
Di antara hadis yang menjadi dasar hukum Imam Syafi’i tentang kesunnahan membaca qunut dalam shalat Subuh, mengutip NU Jabar Online, adalah sebagai berikut:
Hadis riwayat Imam Muslim: “Dari Muhammad bin Sirin, berkata: “Aku bertanya kepada Anas bin Malik: “Apakah Rasulullah Saw membaca qunut dalam shalat Subuh?” Beliau menjawab: “Ya, setelah ruku’ sebentar.” (HR Muslim, Hadits nomor 1578).
“Dari Muhammad bin Sirin, berkata: “Aku bertanya kepada Anas bin Malik: “Apakah Rasulullah Saw membaca qunut dalam shalat Subuh?” Beliau menjawab: “Ya, setelah ruku’ sebentar.” (HR Muslim, Hadits nomor 1578).
Dari Anas bin Malik, berkata: “Rasulullah Saw terus membaca qunut dalam shalat Fajar (Subuh) sampai meninggalkan dunia.” (HR. Ahmad: III/162, HR. Ad-Daraquthni: II/39, HR. al-Baihaqi: II/201 dan lain-lain dengan sanad yang shahih).
Dua hadis di atas juga dishahihkan oleh Imam Nawawi dalam kitab al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab [3/504]. Imam Nawawi berkata, “Hadits tersebut shahih, diriwayatkan oleh banyak kalangan huffazh dan mereka menilainya shahih. Di antara yang memastikan keshahihannya adalah Hafizh Abu Abdillah Muhammad bin Ali al-Balkhi, al-Hakim Abu Abdillah dalam beberapa tempat dalam kitab-kitabnya dan al-Baihaqi. Hadits tersebut juga diriwayatkan oleh Daraquthni dari beberapa jalur dengan sanad-sanad yang shahih.”
(Androw Dzulfikar)